Hai, Happymoms!
Kabar bahagia apa yang bisa dibagi hari ini?
Berbagi kabar saat ini sangat mudah ya, Moms. Teknologi sudah sedemikian canggihnya sehingga saat mudah untuk kita berkomunikasi dengan siapa saja di belahan bumi manapun. Berbagai informasi juga sangat mudah diakses dari genggaman tangan kita. Bukan hanya kita, anak-anak pun kini bisa dengan lihainya mengoperasikan gadget.
Tapi apakah itu aman? Apa pengaruh gadget pada anak-anak terutama di usia dini? Kita obrolin, yuk!
Apa itu gadget?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gadget (gawai) adalah peranti elektronik dengan fungsi praktis. Gadget juga mempunyai unsur terus mengalami pembaharuan seiring dengan perkembangan teknologi. Misalkan perubahan fitur HP yang semakin canggih setiap seri terbarunya.
Sebutan gadget tidak hanya untuk HP/smart phone saja. Komputer/laptop, kamera, virtual reality (VR), modem internet, perangkat game, earphone dan sebagainya.
Gadget dibuat untuk tujuan mempermudah kehidupan manusia. Seperti memudahkan komunikasi, mengakses informasi, menambah wawasan dan sarana belajar juga untuk sarana hiburan (sosial media dan gaming).
Meskipun awalnya dibuat untuk tujuan positif, tapi gadget juga mempunyai efek negatif yang bisa ditimbulkan. Hal ini jika penggunaannya secara berlebihan. Karena ada bagian dari gadget yang bisa menimbulkan efek buruk bagi kesehatan.
Bagian Gadget yang Bisa Berdampak Buruk
Blue Light
Pengertian Blue Light, dikutip dari laman optiktunggal.com, adalah sinar biru yang dipancarkan oleh layar perangkat digital atau gadget.
Pada umumnya, mata manusia sensitif terhadap satu bagian dalam spektrum gelombang cahaya, yaitu visible light. Sedangkan blue light digolongkan sebagai high-energy visible light (HEV light). Tingkat energi yang tinggi dari sinar biru bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.
Paparan Blue Light yang berlebihan, dapat menyebabkan,
- Terganggunya siklus tidur. Karena blue light dapat mengganggu produksi hormon melatonin yang biasanya diproduksi pada malam hari.
- Menyebabkan CVS (computer vision syndrome) yaitu kelelahan mata yang ditandai dengan menurunnya jumlah kedipan mata. Hal ini akan mengakibatkan mata kering, penglihatan kabur, sensitif terhadap cahaya silau, sulit membuka mata,
- Bisa mengakibatkan kebutaan. Efek jangka panjang dari paparan sinar biru adalah terganggunya fungsi kornea dan lensa mata sehingga tidak bisa memantulkan cahaya lagi. Juga bisa menyebabkan degeneratif retina yang bisa menyebabkan kebutaan.
Gelombang Elektromagnetik
Perangkat nirkabel seperti gadget memancarkan gelombang elektromagnetik yang bisa menimbulkan radiasi. Radiasi ini bila berkelanjutan akan sangat berpengaruh pada kesehatan.
Dilansir di laman kominfo.kotabogor.go.id, disebutkan bahwa
"Ponsel atau HP memancarkan radiasi Radio Frequency (RF) tingkat rendah. Radiasi yang dipancarkan HP merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetikyang dapat diserap oleh jaringan tubuh saat berdekatan dengan alat tersebut."
Ditampilkan juga hasil riset dari International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2011 bahwa radiasi HP kemungkinan bersifat karsinogenik, yang mungkin saja memunculkan risiko karsinogenis (proses pembentukan kanker). Bahkan tidak hanya itu, bahaya yang ditimbulkan dari paparan sinar radiasi ini memunculkan penyakit lain seperti tumor otak, kanker, Alzheimer, Parkinson, kecapaian (fatigue), dan sakit kepala.
Anak Usia Dini dan Aspek Perkembangannya
Anak Usia Dini adalah anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun. Pada rentang usia ini anak-anak sedang dalam masa emas untuk tumbuh dan kembangnya. Anak mengalami pertumbuhan secara fisik dan perkembangan secara psikologis.
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini akan maksimal jika seluruh kebutuhan nutrisi dan stimulasinya terpenuhi dengan tepat. Sebaliknya jika terjadi salah atau kekurangan asupan, maka proses atau tahapan pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu juga. Dan itu akan mempengaruhi fase pertumbuhan dan perkembangan berikutnya.
Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, di antaranya,
1. Aspek Fisik
Aspek ini meliputi pertumbuhan berat badan, tinggi badan, perkembangan otak serta fisik motorik. 80% perkembangan otak terjadi pada rentang usia 0-6 tahun ini. Maka stimulasi yang tepat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak.
Perkembangan fisik motorik adalah progress anak dalam melakukan ketrampilan dengan fisiknya. Baik motorik kasar (berjalan, berlari, melompat), maupun motorik halus (menggunting, meronce, menyusun puzzle).
2. Aspek Kognitif
Pada aspek kognitif, anak mengalami perkembangan mulai dari reflek saat bayi hingga berfungsinya sensorimotor pada panca inderanya. Sehingga anak sudah mampu menerima dan menanggapi rangsangan. Anak pada tahapan egosentris, di mana menilai segala sesuatu dari sudut pandang dia sendiri.
3. Aspek Bahasa
Kemampuan bahasa anak usia dini berkembang pesat sejak bayi. Stimulasi yang diberikan sejak bayi akan menjadi dasar perkembangan bahasa anak. Pada usia dua tahun adalah batas kritis. Jika belum mampu mengucapkan kata bermakna, bisa menjadi indikasi terjadinya keterlambatan dan harus segera ditangani.
4. Aspek Emosi
Perkembangan emosi anak dimulai sejak bayi, tersenyum dan menangis. Secara bertahap semakin kompleks. Anak mulai bisa mengekspresikan emosinya lewat tindakan dan perkataan. Pengenalan emosi sangat penting dilakukan sejak diri dan diarahkan dalam tindakan yang tepat.
Tantrum biasanya menjadi luapan emosi anak-anak usia dini yang belum memahami emosinya dan bagaimana harus mengekspresikannya.
5. Aspek Sosial
Aspek sosial berkembang dimulai dari kelekatan dengan ibu dan keluarga terdekat. Semakin berkembang dengan mulai mau berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pada tahap itu perlu diajarkan tentang adab, sopan santun dan etika ketika berinteraksi dengan orang lain.
Pengaruh Gadget pada Anak Usia Dini
Wah, kok bahasannya jadi teori banget ya, Moms, hee. Maksud saya agar kita sepaham dulu tentang dua unsur penting bahasan kita kali ini. Yaitu gadget dan kondisi anak usia dini.
Kemudian saya ingin menyampaikan data yang dilansir oleh bssn.go.id tentang hasil penelitian yang menemukan 30% anak di bawah usia enam bulan sudah mengalami paparan gadget secara rutin dengan rata-rata 60 menit per hari.
Di usia dua tahun, sembilan dari sepuluh anak mendapat paparan gadget yang lebih tinggi dan berpotensi membuat mereka mengalami ketergantungan pada gadget.
Selanjutnya kita akan menelisik kembali tentang pengaruh gadget pada anak-anak di usia 0-6 tahun.
Sebagaimana kita ketahui bersama ya, Happymoms, bahwa gadget mempunyai dua pengaruh positif dan negatif. Kemudian anak usia dini itu berada pada masa sangat krusial alias penting bagi perkembangan kehidupannya. Karena merupakan golden age yang menjadi pondasi perkembangan selanjutnya.
Silakan Moms bisa simak video di bawah ini yang membahas tentang pengaruh gadget pada anak dini.
Part dua dari video ini bisa dilihat di sini.
Efek Positif Gadget bagi Anak Usia Dini
Sumber : Kompas TV |
Sebagaimana dijelaskan dalam video, gadget bisa membawa pengaruh positif bagi anak usia dini. Yaitu,
• Menjadi sarana belajar.
Anak-anak usia dini bisa dengan mudah dan cepat belajar bahasa asing. Atau menonton tayangan edukasi lainnya.• Merangsang kreativitas anak
Berbagai macam konten edukatif seperti DIY, crafting hingga coding sangat bisa merangsang kreativitas anak sejak dini.• Menjadi sarana komunikasi
Keberadaan gadget juga bisa membantu anak-anak usia dini untuk mempunyai interaksi yang dekat dengan keluarga atau teman meskipun terpisah jarak.Namun semua pengaruh positif itu tetap membutuhkan pendampingan dari orang tua. Anak-anak usia dini tidak bisa ditinggalkan begitu saja dengan gadget mereka. Jika hal ini terjadi, maka gadget berubah justru memberikan efek negatif.
Efek Negatif Gadget bagi Anak Usia Dini
Sumber : Kompas TV |
Penggunaan gadget yang terlalu dini, dalam rentang waktu yang lama dan tanpa pendamping orang tua, justru akan memberikan dampak negatif.
Di atas kita telah membaca bahwa gadget mempunyai element blue light dan radiasi elektromagnetik. Kedua hal tersebut akan sangat menggangu proses perkembangan anak usia dini di kelima aspek di atas.
Kenapa?
Karena biasanya orang tua memberikan gadget kepada anak agar anak anteng, tidak rewel, tidak menggangu aktivitas yang sedang dilakukan orang tua. Benar tidak, Moms?
Itu berarti anak dibiarkan sendirian mengakses dunia maya dengan gadgetnya. Padahal secara umum perkembangan anak belum memungkinkan untuk bisa memproses dan memilah informasi dengan baik. Dan akan kekurang stimulasi lingkungan karena hanya berfokus pada gadgetnya saja.
Contoh pada aspek perkembangan kognitif. Anak usia dini belum sampai pada tahapan bisa menyaring mana informasi yang baik dan mana yang buruk. Juga masih sangat terbatas dalam memahami konteks yang mereka lihat, karena masih berada dalam tahap pra operasional dan egosentris.
Selain yang sudah dicantumkan dalam infografis yang disajikan, ada beberapa ganguan yang serius.
• SDD (Screen Dependency Disorder)
Gangguan ini ditandai dengan anak menjadi agresif jika tidak memegang gadget. Anak akan tantrum saat gadgetnya diminta. Tidak mau berhenti bermain gadget, meski sudah diminta berhenti. Tidak tertarik untuk melakukan permainan lainnya dan hanya fokus pada gadgetnya saja.
Anak sudah benar-benar ketergantungan dengan gadgetnya.
• Ganguan perkembangan otak
Anak usia dini terancam mengalami ganguan perkembangan otak saat berlebihan memainkan gadget. Radiasi gelombang elektromagnetik bisa terserap ke dalam tubuh. Dan resikonya jauh lebih besar kepada anak usia dini.
Hal ini karena jaringan otak anak bisa lebih menyerap, tengkoraknya lebih tipis dari milik orang dewasa dan ukuran otak yang relatif lebih kecil. Maka bisa dibayangkan ya, Moms, bagaimana sayangnya jika otak anak yang sedang dalam masa berkembang justru rusak dan akan berlangsung dalam jangka panjang.
Sumber : Kompas TV |
• Speech Delay
Ini adalah permasalahan yang banyak saya temui di sekitar saya. Anak usia dini mengalami keterlambatan bicara, bahkan perkembangan lainnya juga, karena hanya bermain dengan gadget.
Anak kekurangan stimulasi dari orang-orang disekitarnya, sehingga mereka tidak belajar untuk berinteraksi. Saat melihat gadget anak-anak hanya melakukan interaksi satu arah, sementara komunikasi harusnya dilakukan dengan dua arah.
Hal ini menyebabkan anak mengalami speech delay, tidak bisa berkomunikasi secara lisan dan langsung. Bahkan kesulitan memahami bahasa sehari-hari karena selalu mendengarkan konten dengan bahasa asing.
Cara Menghindari Efek Negatif Gadget
Menjauhkan gadget dari anak-anak generasi sekarang, sepertinya hampir tidak mungkin. Kita saja, orang tuanya, juga setiap hari berkutat dengan gadget. Entah untuk urusan pekerjaan, bisnis, komunikasi atau untuk media hiburan. Maka anak akan melihat dan mengimitasi apa yang dilakukan oleh orang tua. Oleh karena itu kita harus bisa menyiasati bagaiamana bisa menghindari efek negatif gadget terhadap anak anak kita yang berusia dini.
Pertama adalah jangan berikan hak kepemilikan gadget kepada anak. Gadget yang digunakan oleh anak adalah milik orang tua sehingga anak-anak harus meminta ijin saat akan menggunakannya. Di sana orang tua bisa mengatur lama penggunaan gadget oleh anak dan memilihkan konten apa saja yang bisa dilihat oleh anak.
Kedua durasi screen time. Durasi anak menggunakan gadget harus kita atur sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.
DJ Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan, dalam laman websitenya, memberikan rekomendasi durasi screen time berdasarkan usia berikut ini,
- Bayi 0 - 6 bulan sebaiknya tidak diperkenalkan gadget
- Bayi usia antara 1-2 tahun boleh diperkenalkan namun tidak boleh lebih dari 1 jam per hari
- Anak sampai dengan usia 6 tahun boleh menggunakan gadget namun harus selalu diawasi orang tua
- usia > 6 tahun boleh menggunakan hanya untuk program-program yang aman untuk usianya, serta penggunaan gadget tidak lebih dari 3 jam per hari
Buat jadwal dan kesepakatan dengan anak tentang kapan anak boleh menggunakan gadget dan berapa lama durasinya. Ajarkan anak untuk disiplin dan mematuhi kesepakatan yang sudah dibuat.
Yang ketiga adalah pendampingan orang tua. Orang tua juga harus berkomitmen untuk meluangkan waktu mendampingi anak-anak saat menggunakan gadget. Interaksi dua arah antara anak dan orang tua sangat diperlukan agar anak tetap mendapatkan stimulasi untuk perkembangan bahasanya.
Selain itu orang tua juga bisa memberikan penjelasan tambahan, dengan bahasa yang dimengerti anak sesuai tahapan usianya, tentang konten yang dilihat oleh anak-anak. Sehingga anak-anak paham dan bisa mencerna informasi yang didapatkannya.
Keempat pilihkan konten yang sesuai dengan usia anak-anak. Pastikan kontennya adalah konten yang edukatif, aman dari konten pornografi dan kekerasan serta mengandung stimulasi bagi perkembangan anak. Dengan begitu gadget bisa menjadi sarana belajar bagi anak usia dini.
Ibarat mata uang, gadget juga mempunyai dua sisi. Gadget bisa memberikan pengaruh positif dan negatif pada anak-anak usia dini. Tergantung orang tua bagaimana mengkondisikan anak-anak dan mengoptimalkan efek positifnya serta meminimalisir efek negatifnya.
Nah, palagi yang bisa kita upayakan untuk menghindari efek negatif dari gadget pada anak usia dini? Yuk, tulis di kolom komentar ya, Moms.
💕💕
Referensi
https://www.bssn.go.id/waspada-dampak-buruk-gadget-pada-anak/
https://www.optiktunggal.com/news/detail/bahaya-blue-light-yang-mengganggu-kesehatan-mata
https://kominfo.kotabogor.go.id/index.php/post/single/815
https://dppkbpppa.pontianak.go.id/informasi/berita/
dampak-penggunaan-gadget-terhadap-perkembangan-sosial-anak
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2518/yuk-antisipasi-dampak-negatif-gadget-bagi-anak
Banyak banget dampak negatif, tapi makin hari gadget makin canggih, ya, Mbak.
ReplyDeleteBetul, Mbak. Dan rasanya makin sulit untuk menjauhkan anak-anak dari gadget. Maka kita memang harus bijaksana menyikapinya ya
DeleteNgeri juga yah kalau kena SDD (Screen Dependency Disorder). Anak tantrum karena diambil gadgetnya. Apalagi anak balita belum paham kenapa engga bolehnya dan belum paham waktu. Harus pandai ortunya untuk mengalihkan perhatian dan mengajak bermain yang lain. Semangat Bunda-bunda...
ReplyDeleteBetul, Mom sebelum terlanjur memang harus egera diatur pemakaian gadgetnya. Awalnya pasti tantrum, di beberapa hari awal pastinya ribut. Tapi setelah tiga hari berikutnya sudah bisa terkondisi insya Allah. Dan anak akan mulai mencari permainan lainnya. Tinggal kita siapkan berbagai alternatif permainan atau aktivitas yang lebih bermanfaat.
DeleteYa allah anakku juga masih bergantung sama gadgetnya mbak. Kadang pusing sendiri diminta kerjakan rumah susah. Bisa dicoba caranya nih mbak
ReplyDeleteSaya pun sempat seperti itu, Mom. Pas liburan sekolah kok anak full main gadget aja kerjaannya. Akhirnya saya buat kesepakatan. Awalnya memang tantrum (yang paling kecil) tapi Alhamdulillah dalam tiga hari semua kembali baik dan anak-anak bisa dikondisikan. Semoga dimudahkan usahanya ya, Mom.
DeleteAnak saya dulu pernah di masa tantrum kalo hape diminta dan pinginnya pegang hape. Alhamdulillah masa itu terlewati, memang harus konsisten dan komitmen kami sebagai orang tua untuk perlahan mengurangi screen time. Kalo dulu masih sama mertua/orang tua, anak nangis dikit, kami serba salah, hehe
ReplyDeleteDunia jaman now emang gak bisa lepas dari yang namanya gadget ya mba. Jangankan anak kecil, orang dewasa jg banyak yang hampir selalu terkoneksi dengan gadget setiap waktu. Memang akan selalu ada sisi negatif dan positif. Dan aku setuju penggunaannya harus dibatasi dan diawasi. Terima kasih sharingnya mba.
ReplyDeletePenggunaan gawai memang seperti pisau bermata dua, ya. Bisa membawa manfaat dan juga bisa berdampak negatif. Jadi memang kitanya sendiri yang harus bijak dalam penggunaannya.
ReplyDeleteKebetulan kedua keponakan saya juga sudah terlanjur terpapar gawai, mereka seperti kecanduan gitu. PR banget untuk orang tuanya dalam membatasi penggunaan gawai.
Segala sesuatu yang berlebihan tentu dampaknya menjadi buruk, ya mbak? Seperti halnya pemakaian gawai ini.
ReplyDeleteSetuju sih, perlu batasan dan perlu edukasi yang benar pada anak dalam hal pengenalan gawai sadari kecil. Karena kenyataannya buibu zaman now anak usia balita saja sudah bangga loh, jika balitanya bisa bermain gawai, hehe.
Ponakanku ini Mbak ada yg gejala-gejalanya kena SDD ditambah lambat bicara pula. Kalau sehari saja tidak pegang hp, dia bisa tantrum. Makanya saya setuju kalau diberi batasan waktu penggunaan hp biar mengurangi jatah waktunya main hp.
ReplyDelete