Apa kabar hari ini? Rumah aman terkendali atau selalu terdengar pertengkaran-pertengkaran kecil dari para bocah? Hehehe...
Di rumah saya, dengan 4 orang anak dan jarak usia yang dekat, adu argumen, teriakan dan bahkan tangisan, sudah bukan hal asing lagi. Pertengkaran antara kakak adik nyaris tidak bisa dihindari. Pemicunya bisa beraneka ragam, bisa jadi hal sepele bisa juga hal yang serius. Kadang terjadi sebentar saja, mereka bisa selesaikan sendiri, tapi terkadang sampai juga pada tahap pengaduan kepada abi umminya.
Apakah pertengkaran anak seperti ini wajar? Lalu bagaimana cara kita menenangkan anak yang sedang bertengkar? Yuk, Moms kita bahas di sini.
Serunya Punya Anak Berjarak Usia Dekat
Mempunyai anak-anak banyak dengan jarak usia dekat memang dinamikanya luar biasa, ya, Moms. Mengingat anak ada dalam fase perkembangan yang sama, terlebih lagi jika masih berada dalam rentang usia balita. Saya pernah berada dalam masa-masa itu. Jarak anak saya yang pertama dan kedua 22 bulan (2 tahun kurang 2 bulan). Jarak anak yang kedua dan ketiga 33 bulan (2 tahun 9 bulan). Dan jarak anak ketiga dan keempat adalah 5 tahun. Bisa dibayangkan ya, Moms, seperti apa serunya rumah saya kala itu, hehe ....Saudara Rasa Teman
Tapi semua hal pasti ada plus dan minusnya ya, Moms. Usia anak-anak yang hampir sepantaran membuat mereka bisa menjadi teman bermain yang nyambung di rumah. Mereka tetap bisa main dengan asyik dan seru di rumah tanpa perlu selalu dolan (main) ke luar rumah atau ke tetangga. Seperti saat kami harus mengalami isolasi mandiri ketika covid dulu, anak-anak tetap happy meski di rumah saja tanpa keluar rumah sama sekali. Alhamdulillah... Yang penting stock jajanan aman di rumah, hehe....Kebiasaan anak yang jarang main ke luar rumah semakin menenangkan hati jika ternyata lingkungan sekitar rumah kita belum "terkondisi" dan justru memberikan input yang kurang baik ke anak. Yang paling sering terjadi di lingkungan saya adalah anak mendapat kosa kata baru yang kurang baik setelah main ke luar rumah. Atau justru teman-teman di sekitar rumah lebih besar (jauh jarak usianya) sehingga anak terbiasa berperilaku seperti teman-teman dewasanya, bukan sewajarnya anak seusianya. Happymoms, ada yang seperti ini juga?
Sumber gambar dari Canva |
Sibling Rivalry
Selain bisa jadi saudara rasa teman, anak-anak dengan jarak usia dekat juga menghadirkan tantangan tersendiri. Yaitu rawan terjadi sibling rivalry. Sibling rivalry adalah persaingan antar saudara, kakak dan adik, yang biasanya mempunyai jarak usia antara 1-2 tahun.Penyebab sibling rivalry lazimnya adalah karena rasa cemburu si kakak yang harus berbagi perhatian dengan si adek. Kakak yang belum begitu paham dengan konsep kakak-adik, harus menerima kehadiran bayi kecil yang menjadi pusat perhatian semua orang. Hal ini membuat si kakak merasa tersisih dan tersaingi. Perlakuan yang tidak proporsional kepada si kakak dan adik bisa juga menjadi pemicu semakin parahnya persaingan antar saudara ini. Seperti perlakuan tidak adil, selalu dibanding-bandingkan dan perhatian yang tidak sama.
Maka persaingan inilah seringkali memicu pertengkaran. Sepertinya memang wajar ya, Moms dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan, jika tidak sangat berlebihan. Toh, biasanya anak-anak setelah bertengkar juga lalu akan akur kembali. Saling memaafkan, pelukan dan main bersama lagi.
Terlebih lagi jika anak berada pada rentang usia 2-5 tahun, memang masih cenderung egosentris sehingga masih sulit untuk diminta berbagi dan mengalah. Mereka berpikir semua untuk dirinya, mementingkan diri sendiri dan seolah semua adalah miliknya. Ditambah lagi kemampuan berkomunikasi anak juga belum sempurna. Seringkali anak masih sulit menyampaikan keinginannya dengan jelas, sehingga akan semakin memicu terjadinya pertengkaran.
Demikian pula yang terjadi di rumah kami, kala itu. Pertengkaran antara si mbak (5 tahun) dan si mas (3 tahun), seringkali tidak dapat dihindari. Banyak hal yang bisa menjadi sebab pertengkaran, bisa karena berebut perhatian, berebut mainan, minta dilayani terlebih dahulu bahkan berebut untuk tidur dekat umminya.
Sumber gambar dari Canva |
Hingga saat ini ketika usia mereka sudah dua kali lipat, pertengkaran masih saja terjadi. Seiring berjalannya waktu, saya bisa lebih memahami karakter anak satu per satu. Seringkali hal ini yang memicu pertengkaran. Yang satu tipe gercep, satunya tipe kalem, satunya lagi gak sabaran. Satunya anak visual, satunya anak auditori, satunya lagi anak kinestetik yang gak bisa diam. Jadi wajar, ya, kalau sering terjadi salah paham atau gak sejalan. Sering harus adu argumen dulu sebelum menentukan mau main apa. Hehe...
Jika Pertengkaran Terjadi
Jika pertengkaran telah pecah, apa yang saya lakukan? Yang harus pertama kali saya lakukan adalah justru menenangkan diri. Benar, hal ini agar saya tidak mudah terpancing untuk marah saat perlu melerai mereka. Semakin ke sini, makin banyak anak, makin sering menghadapi kondisi seperti ini, makin terbiasa dan makin mudah untuk tetap stay calm. Tarik nafas, hembuskan. Oke, it's another episode. Let's wait and see. Hehe....Amati Kondisi dan Berikan Solusi
Selanjutnya, akan saya mengamati kondisi yang terjadi. Menyimak, memperhatikan dan memperkirakan kelanjutan pertengkaran itu. Ada pada tahapan mana pertengkaran yang sedang terjadi?- Jika pertengkaran yang terjadi sebatas adu mulut, misal berebut mainan, maka saya akan tunggu dulu. Saya pantau apakah akan bisa mereka selesaikan sendiri atau tidak. Jika mereka bisa selesaikan sendiri maka saya tidak perlu turun tangan.
- Jika pertengkaran adu mulut berkepanjangan hingga salah satu menangis, maka saya akan masuk dengan perlahan. Biasanya dengan bertanya "Ada apa, ya?"
- Jika pertengkaran tersebut ada potensi membahayakan, misal salah satu memegang benda yang bisa membahayakan atau mulai memukul, maka saya akan segera turun tangan untuk mengamankan kondisi. Untuk mencegah agar tidak ada yang terluka.
Manfaat Pertengkaran pada Anak
Saat mendapati anak-anak sedang bertengkar saya tidak selalu segera saya lerai. Mengapa saya tidak selalu turun tangan untuk menyelesaikan pertengkaran anak?Karena dalam pertengkaran itu sebenarnya ada proses belajar yang memberikan manfaat pada perkembangan anak-anak.
1. Anak belajar menyelesaikan masalah/ konflik
Pertengkaran adalah hal wajar saat keinginan kakak dan adik berbenturan. Dari pertengkaran ini mereka belajar untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusi. Minimal mereka pernah mengalami situasi pertengkaran dan tahu harus bagaimana menghadapi serta menyelesaikannya.Kelak ketika mereka berada di lingkungan luar rumah mereka sudah siap untuk mengahadapi berbagai situasi, termasuk pertengkaran.
2. Anak belajar juga mengkompromikan keinginannya dengan orang lain
Tidak jarang anak-anak bertengkar sebentar kemudian sudah akur kembali, bermain bersama seperti sedia kala. Di sini anak belajar mengkompromikan keinginan mereka. Bagaimana agar keinginan mereka terpenuhi tapi mereka tetap bisa bermain bersama. Bisa jadi salah satu akan mengalah, bisa jadi mereka melakukan permainan yang lain, dsb.3. Anak belajar berusaha menyampaikan keinginannya
Dari pertengkaran dengan saudaranya, anak belajar bagaimana cara menyampaikan keinginannya tanpa menyakiti kakak atau adiknya. Anak akan lebih berhati-hati atau bisa lebih mengontrol dirinya sendiri dan menyampaikan keinginannya dengan lebih baik.4. Anak belajar menghargai orang lain
Pertengkaran kakak adik juga mengajarkan anak untuk menghargai keinginan atau pendapat orang lain. Anak akan menyadari bahwa tidak semua orang akan sama seperti keinginannya. Dan jika ingin bermain bersama maka dia harus bisa saling menghargai dan mau berbagai.5. Anak belajar mengakui kesalahan saling memaafkan
Akhir dari pertengkaran kakak adik yang terpenting adalah anak belajar untuk mau mengakui kesalahannya dan saling memaafkan. Mau mengakui kesalahan dan meminta maaf ini kadangkala butuh effort untuk membiasakan kepada anak. Bisa jadi karena karakternya atau karena fase egosentrisnya. Maka momen perdamaian selepas pertengkaran ini menjadi pembelajaran dan pembiasaan penting untuk anak.Tenangkan Diri, Yuk!
Adakalanya anak masih merasakan emosi kemarahannya, setelah terjadi pertengkaran. Meski kita sudah berusaha melerai dan ikut menyelesaikan permasalahannya. Bisa jadi karena anak merasa sangat marah, kecewa atau memang karakter anaknya yang ekspresif dan emosional. Pada tahap ini kita bisa masuk untuk mengajarkan kepada anak bagaimana mengelola emosi dan kemarahan. Kita mengenalkan anak dengan cara-cara yang diajarkan dalam Islam.Cara Menenangkan Anak yang Bertengkar ala Rasulullah
Jika emosi anak masih berlanjut setelah pertengkaran diselesaikan, kita dapat mulai mengajarkan bagaimana cara yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW untuk meredam kemarahan.1. Membaca Ta’awwudz
Rasulullah bersabda,“Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR. Bukhari Muslim).
2. Berwudlu
Rasulullah bersabda,“Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah.” (HR. Abu Dawud).
3. Mengubah posisi
Dalam sebuah hadits dikatakan,“Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah.” (HR. Abu Dawud).
4. Diam
Dalam sebuah hadits dikatakan,“Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah.” (HR. Ahmad).
5. Bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua rakaat
Dalam sebuah hadits dikatakan,“Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. Tirmidzi).
Curhat Yuk, Nak!
Setelah suasana cooling down, anak sudah lebih tenang, biasanya akan saya berikan pengertian. Sebelumnya saya minta anak-anak untuk menyampaikan alasan masing-masing. Saya tanyakan kronologisnya untuk mencari tahu siapa yang memicu pertengkaran. Tidak selalu si kakak yang saya minta mengalah, jika si adik yang bersalah maka dia harus menerima konsekuensinya dan meminta maaf.Anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk menyampaikan cerita versi mereka dan bagaimana perasaannya. Hal ini penting untuk memberikan rasa dihargai dan dipercaya. Kita bisa memberikan validasi terhadap perasaan mereka, juga memberikan dukungan. Pada tahap ini anak juga akan belajar tentang bagaimana menyelesaikan masalah, memahami perasaan atau pendapat saudaranya, mencari tahu duduk perkaranya dan menentukan solusi.
Afirmasi positif juga selalu saya sampaikan ke anak-anak.
"Mbak anak shalihah sayang adek, ya. "Afirmasi seperti ini perlu diulang-ulang agar anak tidak hanya hafal tapi juga menginternalisasi nilai-nilai yang kita sampaikan. Kemudian termotivasi dan menjadi bagian dari karakternya.
"Mas anak shalih sayang mbak, ya."
"Sesama saudara harus saling sayang, mau berbagi, tidak boleh bertengkar...".
Cara lain, selain dialog, yang saya juga lakukan untuk mengurangi pertengkaran anak-anak adalah dengan membacakan cerita dan menonton video film pendek. Kami lakukan bersama agar anak-anak semakin paham bahwa bertengkar adalah perilaku yang buruk dan merupakan perbuatan yang mengikuti bisikan syaitan. Selain itu saya juga mengajarkan mereka hadist kasih sayang dan larangan marah, ternyata cukup efektif juga untuk menyelesaikan pertengkaran yang terjadi.
Hadits Kasih Sayang :
"Man laa yrham laa yurham"Artinya : Barangsiapa tidak menyayangi tidak akan disayangi. (HR. Muslim)
Hadits Larangan Marah :
"Laa taghdlob walakal jannah"Artinya : Janganlah kamu suka marah, maka bagimu surga. (HR. Thabrani)
Alhamdulillah anak-anak sudah menghafalnya sejak kecil. Seringkali salah satu dari mereka akan mengingatkan jika salah satu akan memulai pertengkaran.
"Lho kan gak boleh marah, nanti gak masuk surga."Lalu biasanya mereka akan saling meminta maaf dan selesai.
"Kalo kamu gak sayang gak akan disayang juga."
Habis Bertengkar Terbitlah Kasih Sayang
Tidak selalu perebutan dan persaingan yang memicu pertengkaran. Kadangkala ada unsur kesengajaan alias keusilan salah satu anak sedang muncul. Biasanya si adik suka mengganggu kakaknya yang sedang bermain dengan sengaja dan ketika diingatkan akan tertawa-tawa.Itulah anak-anak, sering bertengkar saat bermain bersama, tapi jika salah satu tidak ada maka yang lain akan jadi mati gaya. Mungkin itu salah satu cara mereka mengekspresikan kebersamaan mereka. Seiring waktu dan bertambahnya usia mereka, alhamdulillah semakin berkurang intensitasnya juga tingkat keparahannya. Anak-anak juga semakin cakap menyelesaikan sendiri pertengkaran mereka.
Maka Happymoms, mari kita jadikan momen bertengkar anak-anak sebagai pembelajaran berharga bagi mereka. Menjadikanya bagian dari usaha kita menempa jiwa dan membentuk karakter anak-anak. Agar anak-anak semakin peka dengan perasaannya dan perasaan orang lain. Agar anak belajar tentang menemukan masalah dan solusinya. Agar mereka mampu mengelola nafsu dan amarahnya. Juga sebagai momen untuk semakin menumbuhkan rasa sayang di antara mereka. Habis bertengkar....terbitlah kasih sayang!
💕💕
MaasyaAllah komplit dan edukatif seklaiiii mbak....aku baru sadar selama ini pake cara istighfar kalo lagi pada berantem, bukan baca ta'awudz. Dan kayaknya akunya sebagai ibu yang banyak2 istighfar juga biar lebih reda emosinya. Subhaanallaah ya jadi ibu harus punya skill sebagai hakim juga. Thanks for sharing. Love it
ReplyDeleteBaca istighfar nya gak pake nada tinggi menyesuaikan dengan tingkatan emosikan? 🤠Terima kasih sudah mampir, semoga bermanfaat.
DeleteIni harus aku inget2 banget mb Iis pernah nulis artikel tentang mendamaikan anak yang bertengkar. Mungkin sewaktu-waktu dah punya anak lebih dr satu bisa dicoba juga. Eh tetapi aku baru ada anak satu aja MasyaAllah kesabarannya diuji. Malah kayak ibu tiri.
ReplyDeleteLangsung cari aja pas lagi butuh ya Mbak. Eeh, kok itu kayak ibu tiri, gimana itu? 😅
DeleteMasyaAllah mbk lengkap banget penjelasan artikelnya.. Bermanfaat sekali buat Saya mamak dengan anak 3 yang sering banget khilaf hehehe... Jujur tantangan saya adalah menenangkan diri sendiri ketika anak-anak bertengkar. Perlu berlatih sabar nya lebih. Sering banget anak-anak bertengkar nangis-nangis, mamaknya juga ikutan nangis 😂 Bahkan anak-anak udah baikan, mamaknya masih nangis2,hehe..
ReplyDeleteMasyaAllah, baca ini jadi terasa adem. Memang sibling rivalry bikin rumah nggak sepi setiap hari. Orangtuanya harus yang sabar dan nggak ikutan nge-reog ya.
ReplyDeletesama banget mbaa..kadang kalau anak lagi tengkar, saya ngeliatin aja dulu biar mereka makin ketahuan karakternya gimana hehe asal gak saling menyakiti tapi kalo udah pukul-pukulan kudu dilerai
ReplyDeleteMasyaAllah hebat sekali, mba...saya aja lihat ponakan ribut terus berasa rempong..apalagi 4 anak dengan usia jarak berdekatan yaa...memang betul perlu ilmunya
ReplyDeleteWah nggak kebayang betapa ramai di rumah dengan 4 orang anak. Nanao-nano ya mbak. Aku jadi ingat dulu mamaku tetap stay calm juga menghadapi aku dan adikku yang suka bertengkar, haha. Anak-anak itu berantemnya mungkin masalah yg kita anggap sepele ya, tapi menenangkannya butuh keadaan kita sebagai orang tua yang tenang. Kalau belum tenang bisa pindah posisi dari berdiri ke duduk, dan sebagainya.
ReplyDeletePengingat diri banget ini mba. Menyadari bahwa dalam rumah dengan beberapa anak pasti ada pertengkaran, persaingan, cemburu. Namun kasih sayang dari orangtua yang bisa memberi porsi yang teoat bagi anak tentu bisa menjadi kekuatan bagi anak-anak untuk terus saling menyayangi. Benar adanya orangtua harus banyak istighfar.
ReplyDeleteEnaknya jarak dekat bukan cuma dirasakan pas kecil aja, pas udah gede juga enak banget punya saudara yang lumayan dekat jaraknya. Seperti aku dan adekku, kita hanya terpaut 5 tahun. Sering keluar berdua, abis kerja jalan-jalan berdua, bahkan dulu pas aku masih kuliah dia sering ku ajak abis itu ngopi berdua, seru!
ReplyDeletemakasih artikelnya mbak, keknya tiap hari mengalami ya, yg namanya anak bertengkar
ReplyDeletePertengkaran anak, menghindar, mengalah, melawan saudaranya bisa menjadi pelajaran berharga bagi mereka. Jadi brothering. Suatu waktu saat dalam keadaan buruk seperti saat bertengkar, dia jadi tahu bagaimana mengatasinya.
ReplyDeleteMbaaakk menghibur sekali..rupanya ada yang lebih ruame daripada aku rumahnya. Anakku 3 aja kupikir udah paling rame. enggak kebayang 4 anak dengan jarak yang hampir sama. Aku selalu afirmasi positif ke diri tentang hadist larangan marah ini sih hehe
ReplyDelete