Hai, Happymoms!
Pasca menikah, seorang perempuan mendapatkan peran sebagai istri. Kemudian setelah hamil dan melahirkan, dia resmi menjadi seorang ibu. Kedua peran ini mengharuskan perempuan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Mengurus keluarga dan mengerjakan pekerjaan domestik.
Hal ini seringkali menghadirkan dilema tersendiri bagi ibu rumah tangga. Merasa jenuh dengan aktivitas keseharian, ingin beraktivitas di luar rumah tapi tidak bisa meninggalkan anak-anak. Lebih jauh, kondisi ini bisa menimbulkan rasa insecure dan tidak puas. Merasa iri dengan kehidupan perempuan lain yang bisa berkarir di luar rumah. Padahal menjadi ibu rumah tangga juga tidak kalah hebatnya. Ada banyak previlese ibu rumah tangga yang bisa bikin bangga, lho. Apa sajakah itu? Yuk, kita bahas bersama, Moms!
Hidup itu Sawang Sinawang
Moms, kadangkala kita ada pada masa di mana merasa kehidupan kita tidak sebaik orang lain. Melihat teman-teman dengan berbagai pencapaiannya sementara kehidupan kita begini-begini saja. Hanya berkutat di rumah dan keluarga.
Ibu lain bisa punya karir, melanjutkan pendidikan atau mempunyai penghasilan sendiri. Kita melihat mereka lebih beruntung daripada kita. Sehingga membuat kita merasa insecure, rendah diri dan tidak bahagia.
Tanpa kita sadari, ternyata mereka juga melihat demikian kepada kita. Mereka ingin punya waktu lebih banyak di rumah bersama keluarga dan anak-anak. Tidak harus cepek keluar bekerja untuk membantu menambah income keluarga. Atau tidak harus meninggalkan anak-anak ketika sakit untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya.
Itulah kehidupan ya, Moms. Kita itu sawang sinawang. Atau saling melihat dan menginginkan kehidupan orang lain. Karena yang kita bayangkan adalah enaknya kehidupan mereka. Yang menurut kita lebih enak daripada kehidupan kita. Padahal kita tidak tahu apa yang mereka harus korbankan, perjuangkan dan rasakan demi kehidupan mereka saat ini. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau, ya.
Maka ada sebuah nasihat yang mengatakan bahwa untuk urusan duniawi, lihatlah ke bawah dan jangan selalu melihat ke atas. Agar lebih mudah bagi kita untuk bersyukur atas kondisi kita. Karena menyadari ada banyak kehidupan orang lain yang tidak seberuntung kita saat ini. Meyakini bahwa setiap orang memiliki takdir hidupnya masing-masing, dan takdir yang Allah berikan kepada kita saat ini adalah yang terbaik menurut Allah.
So, Moms ... jalani hidup kita dengan sebaik mungkin, nikmati setiap peran dan proses yang kita lalui. Don't worry, be happy!
Antara Budaya dan Agama
Budaya yang Membentuk Peran Ibu Rumah Tangga
Sedari kecil dulu, ibu saya sudah mulai mengajarkan apa saja tugas seorang istri. Tugas harian saya adalah mencuci piring, membantu meracik sayuran yang akan di masak, dan membuat teh hangat setiap sore untuk Ayah. Sesekali saya diminta juga untuk menggoreng lauk. Kegiatan itu sudah mulai saya lakukan sejak kelas 1 SD.
Setiap kali saya membantu ibu memasak di dapur, beliau sering menyisipkan berbagai pesan. Salah satu yang sangat saya ingat adalah,
"Sesukses-suksesnya kamu kelak, menjadi wanita karir, urusan melayani suami adalah tugasmu sebagai istri. Meski punya pembantu (ART) minimal membuatkan minum untuk suami harus kamu yang lakukan sendiri".
Tanpa kita sadari, sebenarnya kita sudah mempelajari bagaimana peran seorang istri dan ibu itu sejak masih kecil. Kita melihat dan belajar dari ibu kita. Juga orang-orang di sekitar kita. Nenek, tante, kerabat bahkan tetangga kita.
Pengetahuan tentang peran sebagai istri dan ibu itu dibentuk oleh budaya lingkungan kita. Saya tinggal di Jawa, di mana budaya dalam berumah tangga adalah istri melayani suami. Sosok seorang istri ideal adalah istri yang "manut dan mengabdi" kepada suami. Tugas seorang ibu itu ya "momong" anak-anak di rumah.
Di sebagian daerah mungkin hal itu masih sangat kental. Apakah Mommies pernah mendengar istilah di budaya Jawa,
"Istri itu batur mburi. Surga nunut neroko katut"
Istri itu hanyalah teman di belakang/urusan domestik. Kalau masuk surga itu hanya ikut suami, dan kalau suami masuk neraka, istri akan ikut juga.
Beruntung di keluarga saya tidak sepenuhnya seperti itu. Ayah saya meskipun laki-laki, beliau piawai memasak dan menjahit. Jadi urusan rumah tangga, dilakukan bersama antara ibu dan ayah. Apalagi saat itu, ibu setiap hari masuk sekolah untuk mengajar. Sementara ayah seorang wirausaha, yang waktunya lebih fleksibel.
Peran Perempuan dalam Islam
Dalam Islam, peran sebagai istri dan ibu adalah bagian dari fitrah penciptaan perempuan. Secara fitrahnya perempuan memang diciptakan sebagai pasangan laki-laki dan diamanahi untuk mengandung, melahirkan dan menyusui anak-anaknya.
Allah SWT berfirman dalam QS Ar-Rum: 21, yang artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir,”
Pernikahan merupakan salah satu sunnah Rasulullah Muhammad SAW yang utama. Bahkan Rasulullah tidak akan menganggap seseorang yang sengaja melajang sebagai bagian dari umatnya.
Sedangkan dalam Surah Al-Ahqaf ayat 15, Allah SWT berfirman tentang peran perempuan sebagai seorang ibu.
“Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan, ..."
Peran perempuan sebagai istri dan ibu ini, telah Allah lekatkan sesuai dengan penciptaan dan kebutuhan manusia secara fisik, psikis serta spiritual. Bisa dibilang setelah menjalankan ibadah kepada Allah SWT, tujuan penciptaannya perempuan adalah memenuhi fitrahnya sebagai istri dan ibu. Sehingga ini menjadi peran utamanya. Seorang muslimah boleh mengambil peran-peran lain, bahkan di ranah publik. Tetapi tentu saja tanpa meninggalkan peran utamanya sebagai istri dan ibu.
Ustadz Adi Hidayat pernah menyampaikan dalam salah satu ceramahnya, bahwa pencapaian tertinggi seorang muslimah adalah sebagai ibu rumah tangga. Dalam artian, seorang muslimah dapat menjalankan perannya sebagai istri dan ibu dengan baik, sesuai yang disyariatkan. Terlepas dari apakah ia menjadi stay at home mom maupun working mom.
Namun, tentu saja secara waktu maupun intensitas, akan berbeda antara working moms dengan stay at home moms. Ibu rumah tangga yang full time mempunyai banyak previlese dalam menjalankan peran-perannya sebagai istri dan ibu. Dan hal ini sudah seharusnya membuat Mommies merasa beruntung dan berbangga hati.
Apa sajakah previlese itu? Kita bahas, yuk!
Previlege Ibu Rumah Tangga yang Bikin Bangga
1. Bisa Fokus Menjalankan Peran sebagai Istri dan Ibu
Ibu rumah tangga yang full time, tanpa bekerja di luar rumah ataupun menjalankan bisnis dari rumah, memungkinkan untuk bisa fokus dalam menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu.
Mommies tidak perlu membagi pikiran dan perhatian dengan yang lain. Hanya fokus pada suami dan anak-anak saja. Sehingga bisa memperhatikan dan menyiapkan semua keperluan keluarga.
Sangat berbeda dengan working moms yang harus membagi waktu dan perhatian untuk pekerjaannya. Kadangkala sampai di rumah sudah habis energi, sehingga tidak ada lagi tenaga dan waktu untuk memperhatikan keluarga atau menyelesaikan tugas domestiknya.
Jadi, meskipun terlihat seolah hanya mengerjakan pekerjaan domestik, ini adalah previlese ibu-ibu rumah tangga. Mommies bisa fokus mencurahkan seluruh cinta dan perhatian untuk keluarga.
2. Bisa Mendampingi Anak di Setiap tahapan Perkembangannya
Seringkali kita mendengar ungkapan, bahwa masa kecil anak-anak itu sangat berharga. Tetapi singkat saja dan tidak bisa diulang. Maka membersamai anak-anak pada setiap tahapan perkembangan mereka adalah kebahagiaan tersendiri bagi orang tua.
Selain karena perkembangan anak sangat cepat, masa awal usia anak adalah saat terpenting bagi perkembangan fisik dan otaknya, sehingga perlu perhatian penuh dari orang tua. Hal ini untuk memantau sejauh mana perkembangan anak, apakah sudah memenuhi tugas perkembangannya, sudah sesuai dengan umurnya atau belum.
Kepekaan dan kejelian orang tua, terutama ibu, dalam mengobservasi perkembangan anak sangat menentukan kondisi anak-anak. Pun ketika ternyata anak-anak mengalami keterlambatan perkembangan, bisa segera diketahui. Dan secara cepat akan bisa diberikan treatment yang dibutuhkan sehingga anak-anak bisa segera mengejar ketinggalannya.
Belum lagi biasanya di awal-awal usia anak anak masih sering sakit sehingga membutuhkan perhatian ekstra dan pendampingan penuh. Hal ini yang seringkali menjadikan para ibu bekerja merasa sangat dilema antara ingin menemani anak-anak, terlebih ketika sakit, dengan harus pergi ke tempat kerja untuk menyelesaikan tugas di pekerjaannya. Maka mendampingi anak-anak adalah sebuah privilege bagi seorang ibu rumah tangga.
3. Bisa Mengelola Rumah dengan Leluasa
Tidak bisa dipungkiri bahwa tugas sebagai ibu rumah tangga itu sangat banyak dan lintas bidang. Mengelola keuangan, bagian pembayaran, mengatur belanja dan menu makanan, urusan per laundry-an, menemui anak-anak bermain dan belajar, hingga menjadi ojek antar jemput anak sekolah.
Semua harus dikelola, diatur dan direncanakan dengan baik, agar bisa diselesaikan dengan efektif dan efisien.
Seorang ibu rumah tangga dapat melakukannya dengan lebih leluasa karena tidak ada tanggungan untuk menyelesaikan tugas yang lain. Berbeda dengan working mom yang juga mempunyai tugas-tugas di pekerjaannya. Sehingga waktunya tidak seleluasa ibu rumah tangga yang full time di rumah.
4. Bisa Mengatur Waktu untuk Beraktivitas dengan Lebih Fleksibel
Pengennya tugas yang harus dilakukan oleh seorang istri dan ibu memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikannya. Bahkan rasanya 24 jam itu tidak cukup. Maka seorang ibu rumah tangga harus bisa mengatur jadwal agar tidak ada tugas yang tercecer.
Bagi ibu rumah tangga yang full time di rumah, akan jauh lebih fleksibel untuk mengatur jadwal, menyusun prioritas, membuat rencana dan mengeksekusi tugas-tugas kesehariannya itu. Mommies sangat mungkin mengatur semuanya sesuai dengan kondisi Mommies atau suami dan anak-anak.
Sangat berbeda dengan para working mom yang waktunya tersita banyak untuk melakukan pekerjaan di kantor. Mereka sudah terikat waktu untuk bekerja. Dan di sisa waktu yang dimiliki itu, para working mom harus menyelesaikan berbagai macam tugas sebagai istri dan ibu.
Masya Allah, beruntungnya para ibu rumah tangga yang bisa full seharian beraktivitas di rumah.
5. Leluasa Melakukan Hobi atau Me Time
Mommies pernah mendengar bahwa sebenarnya ibu rumah tangga itu sangat rawan terhadap stres? Karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan, banyak hal yang harus difikirkan dan juga kejenuhan atas aktivitas yang sama dan dilakukan setiap hari. Maka, ibu rumah tangga juga sangat perlu mempunyai waktu khusus untuk dirinya sendiri alias me time.
Saat me time, Mommies bisa melakukan hobi, jalan-jalan, atau sekedar off dari semua aktivitas. Bisa juga dengan mencoba melakukan hal-hal baru, yang akan memberikan rasa "refresh".
Seorang stay at home mom atau full time mom, tentu lebih leluasa untuk mengambil waktu sejenak. Asalkan sudah dikomunikasikan dengan pak suami, dan juga mengkondisikan anak-anak, Mommies bisa me time kapan aja.
Sebaliknya dengan working mom, terlebih yang kerja kantoran. Harus menunggu waktu libur atau mengajukan cuti untuk bisa rehat sejenak dari aktivitas pekerjaan.
So, sudah seharusnya para ibu rumah tangga itu selalu happy ya. Karena bisa leluasa dalam melakukan me time.
6. Previlese Ibu di Tempat Publik
Meskipun menjadi ibu rumah tangga full time, Mommies masih tetap bisa beraktivitas di luar rumah, lho. Juga mengambil peran-peran dalam ranah publik.
Berbagai aktivitas sosial dan pengabdian kepada masyarakat dapat dilakukan untuk mengisi waktu di sela-sela menjalankan tugas utama sebagai seorang istri dan ibu. Misal aktif di majelis taklim, organisasi perempuan, komunitas ibu-ibu, menjadi pengurus PKK, kader Posyandu dan sebagaimana.
Hal ini bisa menjadi salah satu bentuk aktualisasi diri, Mommies. Di mana bisa menghadirkan kepuasan dan kebahagian tersendiri setelah melakukannya.
Hal ini akan lebih sulit di lakukan bagi para working mom. Karena sisa waktu dari bekerja biasanya digunakan untuk mengurus keluarga dan menyelesaikan pekerjaan domestiknya.
Selain itu, para ibu juga bisa mendapatkan previlese di tempat-tempat pelayanan umum. Misalkan antrian prioritas, tempat duduk prioritas di angkutan umum, ruangan khusus untuk laktasi dan sebagainya. Hal ini merupakan salah satu bentuk apresiasi kepada para ibu.
7. Mendapatkan Kemuliaan dan Jaminan Surga dari Allah
Menjadi ibu rumah tangga yang baik, menjalankan perannya sebagai istri dan ibu dengan kreatif dan produktif akan membawa tidak hanya kebaikan di dunia tetapi juga di akhirat kelak.
Dalam Islam penghormatan kepada ibu jauh lebih tinggi daripada ayah. Dalam sebuah hadist Rasulullah Muhammad Saw bersabda,
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.” (HR.Bukhari)
Dari hadist di atas jelaslah bahwa Allah menempatkan ibu, dengan segala peran dan pengorbanannya, lebih utama tiga tingkat dibanding dengan ayah.
Bahkan Rasulullah Muhammad saw bersabda, dalam riwayat Imam Nasa’i:
فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
“Maka sungguh surga di bawah kedua kakinya”
Kedudukan dan kemuliaan ibu sedemikian besarnya, hingga digambarkan bahwa surga itu di bawah telapak kaki para ibu.
Selain mendapatkan kedudukan yang mulia di hadapan para umatnya, Allah SWT juga telah memberikan jaminan surga bagi seorang istri yang baik.
Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seorang perempuan sholat lima waktu, puasa selama sebulan, menjaga kehormatannya, dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya, “masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad)
Bangga menjadi Ibu Rumah Tangga
Mommies, menjadi ibu rumah tangga bukan hanya tugas yang kita dapatkan selepas menikah. Tetapi merupakan fitrah penciptaan kita dari Allah SWT. Islam memberikan kedudukan yang mulia dan jaminan surga bagi seorang istri dan ibu yang baik.
Anggapan bahwa ibu rumah tangga bukanlah sebuah profesi yang membanggakan, menjadikan kita seringkali merasa insecure. Padahal seorang ibu rumah tangga mempunyai banyak previlese yang tidak bisa didapatkan oleh setiap perempuan. Maka, dengan berbagai previlege sebagai ibu rumah tangga, kita pantas berbangga hati.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletePas baca ini aku merasa bersyukur karena bisa jadi full time mom + housewife, tulisannya banyak yang relate denganku. Tapi aku kurang setuju dengan statement "istri iku mung batur mburi" alias teman urusan belakang/domestik. Domestik atau urusan rumah itu urusan bersama, istri + suami + penghuni rumah, bukan cuma istri yang berkewajiban. Kalo domestik itu urusan perempuan aja, pak bapak mending cari ART bukan IRT :D
ReplyDeleteYa untungnya kita tinggal di keluarga yang punya kesadaran tinggi tentang peran suami istri ya mbak.. Jadi bisa tetap menjadi 'ratu' walaupun full IRT hehehe. Kalo ada bapak2 yang gak mau bantu urusan dapur, pak sini tak sentil ginjalnya!
Peran ibu rumah tangga yang tak bisa diukur nilainya dengan apapun juga. Insyaallah pahala yang berlimpah bagi semua ibu2 yang mengabadikan diri untuk menjadi keluarganya dengan cinta dan semangat yang luar biasa.
ReplyDeleteHuaaaa sangat relate denganku yang kadang merasa insecure kalau udah kumat, wkwkwk. Suka tiba-tiba cari loker kalau lagi bosen, haha. Baca artikel ini aku jadi berasa didukung dan punya support system.
ReplyDeleteJadi IRT sebuah previllage yang harus bisa kita manfaatkan dengan baik ya. Alhamdulillah.
Wah, artikelnya bikin adem banget, Moms! ❤️ Terkadang memang kita suka merasa "kok hidupku begini-begini aja" padahal ada banyak hal yang bisa disyukuri. Jadi ibu rumah tangga memang nggak mudah, tapi ternyata banyak previlege yang bisa bikin kita bangga. Apalagi bisa membersamai tumbuh kembang anak, fleksibel atur waktu, dan tetap punya kesempatan untuk aktualisasi diri. Intinya, nggak usah minder, ya! Setiap perempuan punya perannya masing-masing, yang penting dijalani dengan bahagia ya mom...
ReplyDeleteSetinggi apapun karir, karir tertinggi tetap ibu rumah tangga kok. Ibu rumah tangga itu agen perubahan, hampir semua perubahan bermula dari ibu bukan.
ReplyDeleteDan yang terpenting tidak perlu membandingkan diri ini dengan yang lain, capek ati, capek semuanya deh.
Tetaplah menjadi ibu terbaik versi kita masing-masing ya, nikmat deh jadi ibu rumah tangga itu
Ah mbak aku jadi bener bener bersyukur menjadi ibu rumah tangga, karena kalo terus melihat ke atas gak akan ada habisnya. Alhamdulillah jadi pengingat diri. Saling mendukung di jalan perjuangannya masing - masing
ReplyDeleteTulisan ini cocok banget dibaca oleh para moms yang memilih menjadi ibu rumah tangga full time. Banyak wanita di luar sana insecure akan posisi ini. Padahal, banyak sekali hal positif yang bisa diambil, yang mana belum tentu bisa dirasakan oleh orang lain.
ReplyDeleteMasya allah baru aja aku kemrin ngobrol ma bocah2ku mbak. Bagaimana jika bundanya bekerja tapi kerjanya g dirumah kantoran.
ReplyDeleteJawaban mereka kompak, "Ya.. nanti waktunya makin berkurnag" mungkin ini previlege nya ya..
"nyess"..kebuka fikiran kalau ternyata ibu bekerja di ranah publik memandang hal yang sama ke ibu bekerja. Dan full time moms itu keren...apapun perannya yanh penting dijalankan karena Allaj agar bernilai ibadah
ReplyDeleteKata-kata Ustadz Adi Hidayat yang menyebutkan bahwa pencapaian tertinggi muslimah adalah menjadi ibu rumah tangga merupakan salah satu motivasi saya untuk tetap bahagia dengan pilihan hidup ini. Apalagi sekarang saya sedang belajar blogging, jadi di rumah pun tetap bisa berkarya dan berdaya.
ReplyDeleteDari judul sampai penutup membuat rasa syukur tidak berhenti mengalir. Sebagai ibu rumah tangga banyak yang bisa dilakukan meski dari dalam rumah karena justru semua berawal dari rumah. Terima kasih tulisannya mba mewakili banyak fullmom
ReplyDelete